Coba Lihat Kategori Dibawah Ini. Ada Games Android, Cerita Unik & Lucu Juga Loe

Jumat, 04 Mei 2012

Jika Anak Marah, Jangan Dimarahi

Hana Info
Saat anak berusia 0-7 tahun, masa tersebut merupakan masa perkembangan sensori integrasi. Pada masa ini seluruh inderanya bekerja menjelajahi berbagai pengalaman yang memperkaya dan mengembangkan otaknya. Maka pada saat ini pulalah hendaknya orang tua memperlakukan anak layaknya seorang raja atau ratu.

Lantas, bagaimana jika anak tersebut marah yang diikuti dengan perilaku agresif seperti membuang barang, membanting barang, memukul, menggigit, menendang, atau meronta? Menyikapi hal tersebut biasanya orang tua akan marah, mengancam, bahkan tidak jarang mencubit dan memukul.


Sebagai seorang yang sudah dewasa, orang tua pasti paham jika marah dibalas marah tidak akan menyeselesaikan masalah. Menambah masalah adalah hal yang paling sering terjadi.

Sebenarnya apa yang terjadi pada anak di usia ini. Kenapa marah mereka seperti itu? Padahal anak-anak balita ini sudah memahami mana perilaku yang baik dan yang diinginkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Namun yang harus orang tua pahami adalah mereka belum matang dalam mengolah emosinya. Mengerti, tapi tidak tahu bagaimana harus bersikap jika keinginannya tidak terpenuhi. Akibatnya ketika marah, sedih atau putus asa, balita pun menunjukkan emosi yang tak terkendali.

Agresif. Sekalipun telah mengalami perkembangan kognitif dam emosi yang baik, kemahiran verbal untuk mengekspresikan diri pada usia ini relatif masih terbatas. Akibatnya pada saat merasa tidak nyaman, anak akan lebih mudah menyatakan kemarahan dengan cara agresif.

Dari mulai menangis, menggigit, memukul, menendang bahkan bisa saja melempar atau membuang barang di dekatnya. Situasi ini bukan saja tidak enak dilihat, tetapi juga melelahkan bagi anak.

Menurut seorang penulis dan peneliti dari Universitas Minnesota, Amerika, Michael Potegal, “Menjerit, berteriak dan menendang sering dilakukan bersamaan. Kombinasi menangis, merengek, dan berguling di lantai bertujuan untuk mencari bentuk kenyamanan.”

Dalam kondisi ini orang tua wajib menolongnya. Anda perlu mengajarkan pada anak cara untuk menenangkan diri ketika emosinya sedang mendidih. Ada beberapa cara untuk menghadapinya.

1. Menunggu
Jika anak sedang mengamuk, tunggulah hingga puncak kemarahannya berlalu. Jika orang tua mencoba memberi pengertian pada anak yang kehilangan kontrol tidak akan banyak membantu. Kadang malah sebaliknya. Jadi, tunggulah didekatnya dengan sabar.

2. Jangan mengancam
Membujuk, menyuap, apalagi mengancam sepertinya bukan jalan yang terbaik. Orang tua akan membuat anak makin mengamuk jika mengancam atau meneriaki anak agar berhenti dari marahnya.

3. Menawarkan kenyamanan
Begitu anak melewati puncak kemarahan, mereka lebih bersedia untuk dihibur dan ditenangkan. Beri mereka lelucon, bertingkah marah seperti anak pasti membuat mereka tersenyum.

Sebaiknya juga orang tua tidak merasa diri bersalah saat anak berperilaku kurang menyenangkan di depan umum. Jika hal tersebut terjadi Orang tua bukan tidak mengajarkan sopan santun, atau membiarkan anak nakal. Justru, saat orang tua menanganinya dengan marah, orang telah mengajarkan ketidaksopanan kepada anak di depan umum.

Orang tua selalu berusaha melakukan yang terbaik, kadang beberapa hal buruk akan terjadi dan itu bukan kesalahan orang tua. Akan menjadi salah jika orang tua tak mampu mengendalikan diri sendiri.


Hai Gan..Jangan Lupa Baca Artikel Ini Ya :

0 komentar:

Posting Komentar

Like Us Facebook